a.
Uraian Materi
1)
ADAPTOR/CATU
DAYA
Adaptor/catu daya adalah sumber
tegangan DC yang digunakan untuk memberikan tegangan atau daya kepada berbagai
rangkaian elektronika yang membutuhkan tegangan DC agar dapat beroperasi. Rangkaian pokok dari catu daya tidak lain
adalah suatu penyearah yakni suatu rangkaian yang mengubah sinyal bolak-balik (AC)
menjadi sinyal searah (DC). Sumber daya
diperoleh dari baterai, solar sel, generator AC/DC, dan jala-jala listrik PLN.
Berbagai sumber daya tersebut akan
kita bahas salah satunya type catu daya yang terjadi melalui suatu proses
pengubahan dari tegangan AC (bolak-balik)
ke DC (searah ). Proses pengubahan
dimulai dari penyearahan oleh diode, penghalusan tegangan kerut (Ripple Voltage Filter) dengan menggunakan
condensator dan pengaturan (regulasi) oleh rangkaian regulator. Pengaturan
meliputi pengubahan tingkat tegangan atau arus. Pada teknik regulasi pada
pembuatan catu daya, kita mengenal teknik regulasi daya linier dan teknik regulasi switching.
2)
DIODA
SEBAGAI PENYEARAH
Dioda semikonduktor
Bahan dasar yang banyak digunakan untuk membuat piranti
elektronik adalah bahan semikonduktor germanium (Ge) dan silikon (Si), yang
mana kedua bahan ini mempunyai elektron valensi yang sama.
Sambungan bahan semikonduktor P dan N mendasari suatu
piranti elektronik aktif yang disebut sebagai Dioda.
Dioda mempunyai elektroda Anoda yang berkutub positif dan
elektroda Katoda yang berkutub negatif. Simbol dioda diperlihatkan seperti pada
gambar 1.1.
Gambar 1.1 Simbol Dioda
a. Bias Maju Dioda
Jika anoda dihubungkan pada polaritas positif batere,
sedangkan katoda pada polaritas negatif seperti gambar 1.2, maka keadaan dioda
disebut arah maju (forward-bias) aliran arus dari anoda menuju katoda, dan
aksinya sama dengan rangkaian tertutup
Gambar 1.2 Bias
maju-Saklar on
I
Forward
U
Gambar 1.3 Kurva Hubungan arus dan tegangan bias maju
b. Bias Mundur Dioda
Jika katoda dihubungkan pada
polaritas positif batere, sedangkan anoda pada polaritas negatif seperti gambar
1.4, maka keadaan dioda disebut arah mundur (reverse-bias) dan aksinya sama
dengan rangkaian terbuka.
Gambar 1.4 Bias mundur –Saklar off
Sebagai sifat dioda, pada
saat reverse, nilai tahanan dioda relatif sangat besar dan dioda ini tidak
dapat menghantarkan arus. Gambar 1.5 memperlihatkan kurva pada saat
reverse. Harga-harga nominal baik arus
maupun tegangan tidak boleh dilampaui, karena akan mengakibatkan rusaknya
dioda.
-U
Reverse
-I
Gambar 1.5 Kurva Hubungan arus dan tegangan bias maju.
Secara umum
dioda digunakan sebagai penyearah (rcctifier) arus/tegangan arus bolak balik
(AC) satu fasa atau tiga fasa kedalam bentuk gelombang arus searah (DC).
Pada dasarnya penyearahan
ini ada dua macam yaitu:
1.
Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier)
2.
Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier)
3)
PENYEARAH (RECTIFIER)
Tegangan arus searah
biasanya dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan elektronik, misalnya pesawat
amplifier, peralatan kontrol elektronik, peralatan komunikasi dan sebagainya.
Catu daya arus searah (DC)
dapat diperoreh dari batere atau dari sumber daya listrik 220/240 Volt Ac 50 Hz
yang dirubah menjadi arus searah melalui rangkaian penyearah (rectifier).
Pada sistem rangkaian
penyearah ada 4 fungsi dasar yang dibahas, yaitu:
1.
Tranformasi tegangan yang diperlukan untuk menurunkan
tegangan yang diinginkan.
2.
Rangkaian penyearah, rangkaian ini untuk mengubah tingkat
tegangan arus bolak balik ke arus searah.
3.
Filter, merupakan rangkaian untuk memproses fluktuasi
penyearahan yang menghasilkan keluaran tegangan DC yang lebih rata.
4.
Regulasi, adalah parameter yang sangat penting pada catu
daya dan regulator tegangan dengan bahan bervariasi.
3.1
PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG
Contoh sederhana rangkaian penyearah setengah
gelombang diperlihatkan seperti gambar 1.6
Us Diode
+
Time Us RL
-
common
Gambar 1.6
Rangkaian Penyearah setengah gelombang
Jika
dioda dalam kondisi menghantar (conduct) pada setengah perioda positif, dioda
tersebut pada keadaaan forward biased sehingga arus mengalir dan melewati
tahanan beban RL.
Pada saat setengah perioda
negatif, dioda bersifat menghambat (reverse biased) nilai tahanan dioda sangat
tinggi dan dioda tidak menghantar.
Secara
praktis, tegangan keluaran (UL) hampir sama dengan sumber Us
Drop
tegangan pada dioda lebih kurang 700mV.
Gambar
1.7 memperlihatkan bentuk gelombang proses penyearahan setengah gelombang.
Gambar 1.7 Bentuk Gelombang Output Penyearah Setengah Gelombang
Untuk
menghitung besarnya harga rata-rata dari signal yang disearahkan, kita dapat
menghitung dari luas kurva seperti pada gambar 1.8
Gambar 1.8 kurva harga rata-rata
a.
Tegangan
AC selalu diasumsikan harga RMS
(Urms)
harga efektif RMS = 0,5 x harga puncak (Um)
(Udc)
harga rata-rata = 1/p x Um = 0,318 x Um
tegangan
maximum Um = 1,414 x Ueff
disipasi
daya pada beban dapat dihitung dari harga RMS tegangan dan arus pada beban.
Daya
= Um x Im
Um
Im
= ------
RL
Udc
Idc
= ------
RL
b.
Arus yang melalui rangkaian seri adalah sama
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyearahan ini adalah
besarnya tegangan balik maksimum (PIV) dari dioda yang digunakan minimal harus
sama besarnya dengan tegangan maksimum AC yang akan disearahkan.
Contoh soal
1.
Tentukan tegangan rata-rata (Udc) yang melalui
beban pada gambar 1.9 dibawah ini, bila:
Ueff
= 20 volt
Drop
tegangan dioda 0,8 volt.
U Us U dioda = 0,8 V
Us
0 Time
Gambar
1.9
Penyelesaian:
Um
= 1,414 x Ueff
= 1,414 x 20 volt
= 28,28 V
Um
(beban) = (Um – 0,8) volt
= 28,28 – 0,8
= 27,48 V
Udc
= 0, 318 x Um
= 0, 318 x 27,48
= 8,74 V
1.2
PENYEARAH
GELOMBANG PENUH
Rangkaian penyearah gelombang penuh dapat diperoleh dengan dua cara.
Cara pertama
memerlukan transformator sadapan pusat (Centre Tap-CT).
Cara yang lain
untuk mendapatkan keluaran (output) gelombang penuh adalah dengan menggunakan
empat dioda disebut penyearah jembatan (rectifier bridge).
3.2.1 Rangkaian Penyearah Centre Tap
Penyearah gelombang penuh dengan
menggunakan transformator sadapan pusat (Center Tap) diperlihatkan seperti
gambar 1.10 dan 1.11
D1
A
D2 RL
B
Gambar 1.10 Penyearah dengan Trafo
CT
Bila U1
dan U2 mempunyai polaritas, ujung A berpolaritas positif dan
ujung B berpolaritas negatif. Pada saat ini D1 menghantar (conduct)
sedangkan D2 tidak menghantar (reverse biased).
Pada
saat A berpolaritas negatif , sedang B berpolaritas positif, pada saat ini D2
menghantar sedangkan D1 tidak menghantar. Bentuk gelombang input dan
output ditunjukkan seperti terlihat pada gambar 1.11
Gambar 1.11 Bentuk
gelombang Penyearah gelombang penuh
Harga
tegangan dapat dihitung:
Ueff
= 0,707 x Um
Udc
= 0,636 x Um
Harga
arus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Um
Im
= ---------
RL
Udc
Idc
= ----------
RL
3.2.2 Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan
Rangkaian
penyearah ini memerlukan empat buah
dioda yang dipasang dengan konfigurasi jembatan seperti terlihat pada gambar
1.13
|
A
+
D1 D2
_ - + RL -
B
D3 D4 120 Ώ
Gambar
1.13 Rangkaian penyearah sistem jembatan
Pada
saat terminal A positif dan terminal B negatif , dioda-dioda D2 dan
D3 berada dalam kondisi menghantar seadangkan D4 dan D1 tidak
menghantar.
Pada
saat terminal A negatif dan B positip ,
dioda yang menghantar adalah D4 dan D1, sedang D2 dan
D3 tidak menghantar.
Dengan
demikian setiap setengah perioda tegangan bolak balik ada dua dioda yang
menghantar (conduct) secara bersamaan dan dua buah dioda lainnya tidak
menghantar sehingga menghasilkan bentuk gelombang penuh.
Tegangan
rata-rata (Udc) sama dengan sistem penyearah dengan menggunakan
trafo CT.
Bentuk
gelombang keluaran (output) terlihat seperti gambar 1.14.
a.
Kelebihan sistem jembatan terhadap sistem trafo CT adalah
adanya dioda yang tersambung seri sehingga masing-masing dioda dapat menahan
tegangan balik maksimumnya.
Contoh
soal
Dari
gambar 1.15 tentukan:
a.
Um tegangan
sekunder trafo
b.
Um pada beban jika drop
tegangan dioda 0,7 volt
c.
Udc
pada beban
d.
Im
dan Idc
Us RL
15 V
200Ω
Gambar 1.15 Hububungan Beban Pada Penyearah Gelombang
Penuh
Penyelesaian:
a. Um
pada sekunder
Um
= 1,414 x Us
= 1.414 x 15
= 21,211 volt
b. Um
pada beban RL
Um (beban) = 21,21 – (2 x x0,7)
= 19,81 volt
c.
Tegangan rata-rata:
Udc = 0,637 x Um
(beban)
= 0,637 x 19,81
= 12,64 volt
Um
d.
Im =
--------
RL
19,81
= ----------- = 99,1 mA
200
Udc
Idc = -------
RL
12,56
= ------------ = 63,2
mA
200
4) FILTER
Penyearah tanpa filter menghasilkan
keluaran sinyal output yang berupa pulsa.
Walaupun nilai rata-rata dari sinyal ini tidak nol, akan tetapi sinyal
ini masih belum dapat dipakai sebagai sumber daya atau catu daya untuk
peralatan elektronika seperti pesawat radio, tape, komputer dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan rangkaian tambahan
untuk lebih menghaluskan atau meratakan sinyal keluaran tersebut. Rangkaian ini disebut dengan filter.
Setiap gelombang keluaran hasil
penyearahan baik yang tanpa filter maupun yang dengan filter terdiri atas
komponen DC dan komponen AC (ripel).
Akan tetapi sumber tegangan baterai/accu tidak mempunyai komponen
AC. Semakin baik kualitas suatu catu
daya berarti semakin kecil perbandingan antara nilai komponen AC (ripel)
terhadap komponen DC. Ukuran ini disebut
dengan istilah faktor ripel (r).
tegangan ripel (rms)
r =
------------------------------------
tegangan dc
Ur (rms)
r =
----------------------- x 100 %
U dc
Faktor lain yang juga penting dalam menentukan
kualitas suatu catu daya adalah regulasi tegangan (V.R.). Tegangan keluaran suatu catu daya dalam
keadaan ada beban cenderung lebih kecil dibanding dengan tegangan keluaran
dalam keadaan tanpa beban. Semakin kecil
perbedaan tersebut, semakin baik kualitas suatu catu daya. Demikian pula sebaliknya, semakin besar
perbedaan tersebut, semakin jelek kualitas suatu catu daya. Regulasi tegangan bisa didefinisikan sebagai
berikut.
Udc tanpa beban – Udc beban penuh
U.R.
= -------------------------------------------------
Udc beban penuh
UNL
– VFL
% U.R. =
----------------- x 100 %
VFL
Suatu
penyearah tanpa filter akan menghasilkan tegangan keluaran yang juga terdiri
atas komponen DC dan komponen AC (ripel).
Penyearah setengah gelombang menghasilkan tegangan DC dan AC sebesar:
Udc = 0,318 Vm
Oleh karena
itu faktor ripel (r) dari penyearah setengah gelombang adalah:
r =121 %
Sedangkan
Penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC dan AC sebesar:
Udc = 0,636 Vm
Oleh karena
itu faktor ripel (r) dari penyearah gelombang penuh adalah:
r =48 %
Filter yang
banyak digunakan dalam rangkaian catu daya adalah filter kapasitor (C). Filter C ini sangat sederhana yaitu dengan
cara menambahkan secara parallel komponen C pada penyearah. Semakin besar nilai C yang digunakan, semakin
baik factor ripelnya atau semakin halus/kecil komponen AC (ripel)nya.
Pada penyearah
gelombang penuh dengan filter C, nilai tegangan ripel dapat ditentukan sebagai
berikut.
Vdc
Vr(rms) =
---------------
4Ö3.f.R.C
Sehingga
faktor ripelnya dapat diperoleh:
1
r
= --------------- x 100 %
4Ö3.f.R.C
Untuk
memperoleh keluaran catu daya yang lebih halus dapat digunakan filter RC, yakni
gabungan antara komponen C dan R.
Rangkaian dasar filter RC dapat dilihat pada gambar 1.18.
Gambar 1.18. Rangkaian
dasar filter RC
5)
Dioda Zener
Struktur
Dioda zener tidaklah jauh berbeda dengan dioda biasa, hanya tingkat dopingnya
saja yang sangat berbeda. Kurva
karakteristik dioda zener juga sama seperti dioda biasa, namun perlu dipertegas
adanya daerah breakdown dimana pada saat bias mundur mencapai tegangan
breakdown maka arus dioda naik dengan cepat (gambar 1.19). Daerah breakdown inilah titik fokus penerapan
dari dioda zener. Sedangkan pada dioda
biasa tidak diperbolehkan pemberian tegangan mundur sampai pada daerah
breakdown, karena bisa merusak dioda.
|
ID
(mA)
|
||||||
|
||||||
|
Titik
breakdown dari suatu dioda zener dapat dikontrol dengan memvariasi tingkat
dopingnya. Tingkat doping yang tinggi,
akan meningkatkan jumlah pengotoran sehingga tegangan zenernya (Vz) akan
kecil. Demikian juga sebaliknya, dengan
tingkat doping yang rendah diperoleh Vz yang tinggi. Pada umumnya dioda zener dipasaran tersedia
mulai dari Vz 1,8 V sampai 200 V, dengan kemampuan daya dari ¼ hingga 50
W. Karena temperatur dan kemapuan
arusnya yang tinggi, maka jenis silikon sering dipakai pada dioda zener.
Penerapan
dioda zener yang paling penting adalah sebagai penyetabil tegangan (voltage
regulator). Rangkaian dasar penyetabil
tegangan adalah pada gambar 1.20. Agar
rangkaian ini dapat berfungsi sebagai penyetabil tegangan, maka dioda zener
harus bekerja pada daerah breakdown.
Dengan kata lain, apabila dilihat pada gambar 1.20, maka tegangan sumber
(Vi) yang diberikan pada rangkaian harus lebih besar dari Vz atau arus pada
dioda zener harus lebih besar dari Iz minimum.
|
||||||
|
Oleh karena itu persyaratan yang harus
dipenuhi agar rangkaian berfungsi sebagai penyetabil tegangan adalah berkenaan
dengan nilai RL dan Vi. Pertama,
RL harus lebih besar dari RL minimum. RL
ini berhubungan dengan Iz, karena bila RL minimum, maka IL menjadi maksimum,
sehingga Iz menjadi minimum. Kedua,
Vi harus lebih besar dari Vi minimum. Vi
minimum ini akan menjamin bahwa dioda mendapatkan tegangan breakdown.
Kasus
pertama: Resistansi beban RL harus lebih besar dari RL
minmum. Apabila RL kecil sekali sehingga
kurang dari RLmin, maka turun tegangan pada RL (juga pada zener) akan kecil
sehingga kurang dari Vz. Oleh karena itu
zener tidak berfungsi, karena tidak bekerja pada daerah breakdown. Untuk menghitung harga RLmin dari gambar 2.10
adalah menghitung harga RL saat diperoleh VL = Uz, yaitu:
RL.Vi
UL
= Vz = ¾¾¾¾
RL + Rs
sehingga
diperoleh:
|
Harga RLmin
ini akan menjamin bahwa dioda zener bekerja.
Dengan RLmin maka diperoleh ILmax, yaitu:
|
Bila zener
sudah bekerja, berarti VL = Vz = konstan, dan dengan menganggap Vi tetap maka
turun tegangan pada RS (VR) juga tetap, yaitu:
VR = Vi - Vz
dan arus yang mengalir pada Rs juga
tetap, yaitu sebesar (IR):
|
Arus zener
dapat dihitung dengan,
|
Karena IR
tetap, maka Iz akan maksimum bila IL minimum dan sebaliknya. Agar Iz tidak melebihi harga Izm yang sudah
titentukan oleh pabrik, maka IL harus tidak boleh kurang dari IL minimum. Jika Izm terlampaui, zener akan panas dan
bisa rusak. ILmin ini adalah:
|
Dengan
diperoleh IL minimum, maka RL akan maksimum, yaitu:
|
Contoh Soal 1:
Rangkaian
penyetabil tegangan seperti gambar 1.20 mempunyai data sbb: Vi = 50 Volt, Rs =
1 KW, Vz = 10 Volt, dan Izm = 32 mA. Tentukan variasi harga RL (min dan max) agar
tegangan output masih stabil 10 Volt.
Dan hitung daya pada zener maksimum.
Penyelesaian:
Rs.Uz
(1K).(10)
10K
RLmin = ¾¾¾¾ = ¾¾¾¾¾ = ¾¾ = 250 W
Ui - Uz
50 -
10 40
IR = VR / Rs = 40 / 1K = 40 mA
ILmin = IR - Izm = 40mA - 32mA = 8 mA
RLmax = Vz / ILmin = 10 / 8mA = 1,25 KW
Daya maksimum pada dioda zener:
Pzmax = Vz. Izm = 10 . 32mA = 320mW
Kasus kedua: Agar dioda zener dapat berfungsi sebagai
penyetabil tegangan, maka turun tegangan pada RL harus lebih besar dari
Vz. Dengan kata lain Vi harus lebih
besar dari Vimin. Namun bila Vi terlalu
besar sehingga arus pada zener melebihi Izm, maka zener bisa rusak. Oleh karena itu Vi harus lebih kecil dari
Vimax.
Dengan menganggap harga RL tetap, maka
tegangan sumber minimum (Vimin) adalah:
|
Sedangkan
harga maksimum tegangan sumber (Vimax) adalah:
|
dimana harga
IRmax adalah arus maksimum yang mengalir melalui Rs, yaitu IRmax = Izm + IL.
Contoh soal 2:
Rangkaian
penyetabil tegangan seperti gambar 1.20 mempunyai data sbb: RL = 1,2 KW, Rs = 220 W, Vz = 20 Volt, dan Izm =
60 mA. Tentukan variasi harga Vi (min
dan max) agar tegangan output masih stabil sebesar 20 Volt. Dan hitung daya pada zener maksimum.
Penyelesaian:
(RL+Rs).Vz (1200+220).(20)
Vimin = ¾¾¾¾¾¾ = ¾¾¾¾¾¾¾¾ = 23,67 Volt
RL 1200
IL = UL / RL = 20V / 1,2KW = 16,67 mA
IRmax = Izm + IL = 60mA + 16,67mA = 76,67 mA
Uimax
= IRmax.Rs + Vz
= (76,67mA)(0,22KW) + 20V = 36,87 Volt
Perencanaan
suatu rangkaian penyetabil tegangan dimulai dari spesifikasi yang diharapkan
dari rangkaian terbut, kemudian dihitung harga-harga komponen yang
diperlukan. Dalam praktek spesifikasi
yang diinginkan adalah arus beban (IL) dan tegangan sumber (Vi) serta tegangan
keluaran (Vz). Sedangkan komponen yang
harus direncanakan adalah Rs dan Dioda zener.
Dari persamaan 2.3; 2.4 dan 2.5 diperoleh harga Rs:
|
Karena dalam
perencanaan harga IL, Vi dan Vz sudah diketahui (sesuai dengan permintaan
perencana), agar rangkaian bisa berfungsi dengan benar, maka pada dua kondisi
ekstrem dapat diperoleh Rs:
Vimin –
Vz Vi max - Vz
Rs = ¾¾¾¾¾¾¾¾ RS =
---------------------
Izmin +
ILmax Iz max + IL min
Dari dua
persamaan tersebut yang belum diketahui adalah harga Izmin dan Izmax (dan tentu
saja Rs). Dalam praktek berlaku Izmin =
0,1 Izmax. Sehingga dengan menggabungkan
persamaan 2.11 dan 2.12, diperoleh:
|
6.
Transistor
Rangkaian regulator seri menggunakan transistor
bipolar seperti pada gambar 4.1 arus beban lewat melalui transistor dari
kolektor ke emitor.
Rangkaian ini memberikan kerja
yang lebih efisien dan arus beban yang lebih besar. Q1
UCE
C E IL
RS B
US IZ URL
Gambar
4.1 Rangkaian regulator seri
Rs dan zener dalam rangkaian ini adalah
bentuk yang sederhana dari regulator zener yang mempertahankan tegangan konstan
pada basis transsistor Q1.
Resistor Rs memberikan arus basis (IB)
Q1 dan arus ke dioda zener (!Z).
Transistor tersebut akan berpungsi sebagai pengatur
tegangan (voltage regulator).
Besarnya tegangan output didapat dari persamaan:
UCE = Uin -
Uo
U0 = UZ + UBE
Karena besarnya UBE relatif kecil, maka U0
= UZ dan selalu konstan.
Perinsip kerja rangkaian adalah sebagai berikut:
Jika tahanan beban dari rangkaian turun , tegangan output akan jatuh , menjadi
kurang positip. Ini artinya tegangan
Emitor ( VE) dari transistor
dikurangi, kemudian U Be naik
.
Arus beban
melalui R CE , kemudian akan terjadi drop tegangan pada transistor ,
dan tegangan output kembali keharga semula . Bila arus beban naik ,tegangan
output akan naik terhadap tegangan awal. Hal ini akan mengurangi U BE dan
UCE akan naik sehingga tegangan output kembali normal. Jadi jika tegangan input naik , tegangan output akan naikn juga., dengan
adanya zener dioda maka tegangan out put dapat dipr\ertahankan stabil.
Rangkaian lainnya adalah transistor sebagai
regulator arus seperti pada gambar rangkaian
4.2
Gambar
4.2 Regulator Arus
Rangkaian ini dirancang untuk mempertahankan harga
arus yang melewati beban ketika terjadi perubahan beban pada tegangan tetap.
Dari rangkaian didapat persamaan:
Uz
IE = ---------
R1
IL
= IC = IE - IB
IE
= IC + IB
Keterangan:
a.
IE = arus emitor
b.
IC= arus kolektor
c.
IB = arus basis
d.
IL = arus beban
Penurunan
arus beban IL = IC akan mengakibatkan penurunan arus
emitor dan akan mengurangi drop tegangan pada R1 (UR1 = IE
x R1).
Efek
terhadap bias Q1 adalah : UBE = UZ – UR1
Karena harga UZ selalu konstan, maka
penurunan pada UR1 akan mengakibatkan kenaikan pada UBE transistor dan sekaligus menaikkan konduktifitas dari
transsistor sehingga arus beban IL dapat dipertahankan pada harga
yang tetap.
Regulasi
arus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
INL
- IFL
Regulasi
arus = ------------- x 100%
IFL
Dimana:
INL = arus tanpa
beban.
IFL = arus beban penuh.
7. IC. (Integrated Circuit)
Regulator
tegangan dengan menggunakan komponen utama IC (integrated circuit) mempunyai
keuntungan karena lebih kompak (praktis) dan umumnya menghasilkan penyetabilan
tegangan yang lebih baik. Fungsi-fungsi
seperti pengontrol, sampling, komparator, referensi, dan proteksi yang tadinya
dikerjakan oleh komponen diskrit, sekarang semuanya dirangkai dan dikemas dalam
IC. Ada beberapa jenis IC yang menghasilkan
tegangan keluaran tetap baik positip maupun negatip, ada pula yang menghasilkan
tegangan keluaran yang bisa diatur. IC
regulator tegangan tipe LM78xx (series) menghasilkan tegangan tetap positip,
sedangkan tipe LM79xx (series) menghasilkan tegangan tetap negatip.
Gambar 7.2 bentuk
IC regulator dan simbol rangakain
Pada gambar 7.1 terlihat bahwa IC
regulator tipe LM7812 akan menghasilkan tegangan keluaran tetap sebesar positip
8 Volt. IC jenis ini mempunyai 3 buah
terminal, yakni masukan (input), keluaran (output), dan ground (GND). Spesifikasi tegangan pada beberapa IC
regulator seri LM78xx dan 79xx series terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Spesifikasi
Tegangan IC Regulator Lm78xx dan Lm79xx
LM 78xx/79xx (series)
|
Tegangan Output
(Volt)
|
Tegangan Input Minimal
(Volt)
|
|||
LM7805
|
LM7905
|
+ 5
|
- 5
|
+ 7.3
|
- 7.3
|
LM7806
|
LM7906
|
+ 6
|
- 6
|
+ 8.3
|
- 8.3
|
LM7808
|
LM7908
|
+ 8
|
- 8
|
+ 10.5
|
- 10.5
|
LM7810
|
LM7910
|
+ 10
|
- 10
|
+ 12.5
|
- 12.5
|
LM7812
|
LM7912
|
+ 12
|
- 12
|
+ 14.6
|
- 14.6
|
LM7815
|
LM7915
|
+ 15
|
- 15
|
+ 17.7
|
- 17.7
|
LM7818
|
LM7918
|
+ 18
|
- 18
|
+ 21
|
- 21
|
LM7824
|
LM7924
|
+ 24
|
- 24
|
+ 27.1
|
- 27.1
|
(Sumber:
Boylestad, 1992)
Regulator tiga terminal adalah “ Integrated Voltage
Regulator Circuit “ yang dirancang untuk mempertahankan tegangan outputnya
tetap dan mudah untuk dirangkai.
Keuntungannya adalah:
1. Membutuhkan penambahan komponen luar yang sangat sedikit, ukuran kecil
2. Mempunyai proteksi terhadap arus hubung singkat.
3. Mempunyai automatic thermal shutdown.
4. Mempunyai tegangan output yang sangat konstan
5. Mempunyai arus rendah
6. Mempunyai ripple output yang sangat kecil.
7. Pembiyaan rendah
Seri
LM 78XX adalah regulator dengan tiga terminal, dapat diperoleh dengan berbagai
tegangan tetap
Beberapa IC regulator mempunyai kode yang dibuat
oleh pabrik pembuat komponen, sebagai contoh: IC LM.7805 AC Z yang artinya sebagai berikut:
LM Linear
Monolithic
78L Bagian
nomor dasar yang menyatakan tegangan positip
05
Tegangan
output
AC
Standart ketepatan
Z Tipe pembungkus , ZTO-92 Plastic
Seri
LM 78XXC dapat diperoleh dalam kemasan TO-3 alamunium, arus keluaran
(output) 1A ,boleh lebih asalkan IC
regulator dilengkapi dengan pendingin
(heat- sink). Regulator LM 78XXC mudah dipakai dan tambahan komponen-komponen
ektern tidak banyak.
Sifat-sifat
IC regulator LM 78XX adalah sebagai berikut:
1.
Arus keluaran melebihi 1A
2.
Pengamanan pembebanan lebih termik
3.
Tidak diperlukan komponen tambahan
4.
Ada pengamanan untuk transistor keluaran ( output )
5.
Dapat diperoleh dalam kemasan TO-3 aluminium
Contoh rangkaian lengkap catu
daya menggunakan regulator tiga terminal IC 7805 untuk tegangan output 5 volt
konstan ditunjukkan pada gambar 5.2
Gambar 5.2 rangkaian catu daya dengan IC regulator
Arus maksimum regulator IC yang dikirim ke beban
tergantung pada tiga faktor, yaitu:
1. Temperatur.
2. Perbedaan antara tegangan input dan output atau disebut diferensial input
output.
3. Arus beban.
Uraian lengkap mengenai parameter IC regulator dapat
dilihat dari data sheet yang dibuat oleh pabrikpembuat komponen. Contoh IC 7805
C mempunyai output nominal 5 volt. Dari data sheet Motorolla didapat temperatur
juntion 250 C (Tj + 250 C) ,tegangan output antara
low 4,8 volt atau high 5,2 volt; arus
output > 100 mA.
c.
Rangkuman
1.
Adaptor/catu daya adalah sumber tegangan DC yang digunakan untuk memberikan
tegangan akan daya kepada berbagai rangkaian elektronika yang membutuhkan
tegangan DC agar dapat beroperasi.
2.
Dioda mempunyai dua elektroda yang berkutup positif (anoda) dan yang berkutup
negatif (katoda)
3.
Rangkaian penyearah ada 2 (dua) yaitu penyearah ½ gelombang (halfware) dan
penyearah gelombang penuh (fullware)
4.
Filter digunakan untuk lebih meratakan ripple sinyal keluaran dari penyearah
5.
IC type 78xx akan menghasilkan tegangan + sedang IC dengan type 79xx akan
menghasilkan tegangan -
Test Formatif 1
1.
Jelaskan
pengertian catu daya!
2.
Apa
yang dimaksud dengan faktor ripel?
3.
Apa
kegunaan filter dalam rangkaian penyearah?
4. Dari rangkaian penyearah gelombang penuh seperti
terlihat pada gambar dibawah
0 V
Us
40 V
8,5 D1 D2
RL
D3 D4
18 Ω
Hitung:
a.
Tegangan
rata-rata keluaran (output)
b.
Arus
melalui beban
c.
Tegangan
balik puncak dioda (PIV)
6. Perhatikan
gambar rangkaian dibawah ini:
+12 v
Rs 330 W
RL
Vz =
8,2 v I k
0
gambar 3.3 Rangkaian zener
Hitung
berapa besarnya:
a.
tegangan pada beban RL
b.
tegangan pada resistor seri Rs
c.
arus maksimum
d.
arus dioda zener
e.
disipasi daya pada Rs; Zd dan RL
KEGIATAN BELAJAR 2.
MENGUASAI TROBLESHOOTING DAN REPARASI
ADAPTOR
PENDAHULUAN
Pada kegiatan belajar 2 ini membahas tentang cara memeriksa sebuah
adaptor dengan menggunakan alat ukur untuk mengecek kerusakan dan cara
memperbaikinya.
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran
Setelah selesai kegiatan pemelajaran 2 ini
diharapkan peserta diklat dapat:
- Memahami cara memeriksa
dan menguji sebuah adaptor
- Menggunakan alat ukur
untuk melakukan pengecekan
- Mengetahui komponen yang
rusak dan melakukan perbaikan
b. Uraian Materi
MENCARI LETAK GANGGUAN
Gangguan atau kesalahan yang paling banyak tejadi
pada rangkaian catu daya adalah diakibatkan oleh beban yang terus menerus yang
dipikul oleh catu daya tesebut atau beban
yang tidak sesuai dengan kemampuan/kapasitas catudaya.
Asumsi dasar yang harus dibuat untuk melakukan
pemeliharaan (service unit) catu daya
adalah mencari penyebab kesalahan, memeriksa rangkaian dan komponen yang rusak
dengan mengguanakan alat ukur yang cocok misalnya AVO meter dan CRO.
1. Kesalahan
Komponen
A. Kapasitor
Kesalahan pada kapasitor seperti:
a. rangkaian terbuka
b. Rangkaian hubung singkat
c. Terjadi kebocoran pada rangkaian kapasitor.
B. Resistor, kesalahan arus yang melaluinya lebih besar sehingga terjadi
disipasi panas yang menyebabkan resisitor terbakar.
C. Transistor atau IC
Problem yang terjadi pada semi konduktor adalah:
a. titik sambungan hubung singkat disebabkan sentaka tegangan tinggi
b. Titik sambungan rangkaian terbuka, disebabkan beban lebih
c. Arus bocor yang besar, biasanya ditujukan oleh penguatan rendah atau
level kebisingan tingggi.
2. Mengganti Komponen
Bila mengganti komponen yang rusak pada rangkaian
yang penting harus diperhatikan:
a. Lepas dan ganti komponen yang sesuai dengan aslinya atau eqivalen dari
karakteristik komponen yaitu kemampuan
arus, tegangan dan daya yang sesuai dengan spesifikasinya
Data dan spesifikasi komponen dapat dilihat pada buku
data komponen yang diterbitkan oleh perusahaan/pabrik pembuat komponen
b. Tempatkan komponen yang diganti secara pasti dan tepat.
3. Pemeriksaan Catu Daya
Poin utama yang harus diperiksa setelah anda
melakukan perbaikan adalah.sebagai berikut:
1. Tegangan output DC, apakah sudah sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan
2. Arus ouput DC yang diperlukan
3. Tegangan kerut (riple) dari amplitudo output diukur dengan Ossiloskope
(
CRO.)
4. Regulasi tegangan atau regulasi arus.
Pada tabel berikut ini
diberikan pedaman dasar sebagai langkah awal mendiaknosa gangguan atau
kesalahan suatu rangkaian.
Dan ingat dalam melakukan pemerika\saan dan perbaikan harus
diperhatikan Standart Opertional Procedur ( SOP ) yang berlaku dan disepakati.
ANALISA GANGGUAN
RANGKAIAN CATU DAYA
GEJALA
|
KESALAHAN
|
Kesalahan Transformator:
1. output DC nol dan tegangan sekonder
tidak ada.
|
Rangkaian input AC terbuka
atau sekring putus.
|
2. ouput DC rendah dan transformer putus
|
Lilitan trafo primer dan
sekumder hubung singkat
|
Kesalahan Penyearah:
1. output DC rendah dengan riple 50 Hz
|
Rangkaian dioda penyearah
terbuka
|
2. sekring putus arus lebih transformator
baik.
|
Rangkaian dioda hubung
singkat.
|
3. rangkaianbekerja baik, tetapi output DC rendah
dari yang seharusnya
|
Tahanan dioda terlalu besar
(tegangan jatuh saat forward besar)
|
Kesalahan Filter kapasitor:
1. output DC rendah dengan level riple tinggi.
Regulasi sangant jelek.
|
Filter kapasitor rangkaian
terbuka.
|
2. sekring putus
|
Filter kapasior hubung
singakat
|
3. output DC rendah dengan naiknya level riple,
regulasi jelek
|
Filter kapasitor bocor
|
LATIHAN
MENCARI GANGGUAN/KESALAHAAN
1.
Zener Regulator
Dari gambat 2.1 apa yang akan terjadi
bila:
a.
RS putus (rangkaian terbuka)
b.
Dioda zener putus (rangkaian terbuka)
c. Dioda zener hubung singkat.
+ Rs 82W
12 v Vz
6,8
v RL 135W
-
Regulator Beban
Gambar 2.1 Zener regulator
+ Open circuit
12 v 6,8 v RL
Gambar 2.1a.
RS terbuka
Rs = 82W
Zener
diode RL
Open circuit 135W
GAMBAR
2.1 b. Zener terbuka
Rs = 82W
Short
circuit
(zero ohm)
RL
135W
Gambar2.1c. Zener hubung singkat
2. Regulator Seri
Uin Q1 Vo
Rs IB
RL
Vz
Gambar 2.2 regulasi seri
Analisa rangkaian diatas bila terjadi:
a. Rs rangkaian terbuka
b. Zener rangkaian terbuka
c. Zener hubung singkat
d. Transistor hubung singkat
3. IC Regulator
|
+20 v
R1
220W
RL
R2
320W
0
Gambar
2.3 Regulator
Analisa rangkaian diatas bila terjadi:
a. R1 rangkaian tebuka
b. R2 hubung singkat
c. RL rangkaian terbuka
Test formatif
1. Apa yang terjadi jika diode terbuka?
2. Apa yang terjadi jika filter capasitor putus?
3. Apa yang terjadi jika filter capasitor hubung singkat?
4. Mengapa komponen semikonduktor mudah sekali
rusak?
c.
Rangkuman
1. Gangguan
yang banyak terjadi pada rangkaian catu daya diakibatkan oleh beban yang terus
menerus yang dipikul oleh catu daya.
2. Untuk
mencari kerusakan catu daya langkah-langkah nya: Mencari penyebab kerusakan,
memeriksa rangkaian dan komponen yang rusak dengan melakukan pengukuran.
Lembar
Kerja
Alat dan
Bahan
1. Multimeter ....................................... 1 buah
2. Osiloskop ......................................... 1unit
3. Adaptor............................................. 1 buah
4. Obeng ............................................. 1 buah
5. Solder dan Tenol .............................. 1 buah
6. Kabel penghubung ............................ secukupnya
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
1.
Periksalah
terlebih dahulu semua peralatan sebelum digunakan!
2.
Bacalah
dan pahami petunjuk pratikum pada lembar kegiatan belajar!
3.
Hati-hati
dalam penggunaan peralatan pratikum!
Langkah Kerja
1.
Perikslah
semua alat dan bahan sebelum digunakan dan pastikan semua alat dan bahan dalam
keadaan baik!
2.
Bukalah
tutup adaptor dan periksa rangkaian dalam kondisi baik
3.
Setelah
disetujui instruktur, hubungkanlah
rangkaian sumber tegangan 220 V!
4.
Amatilah
sinyal keluaran pada R dengan menggunakan CRO dan catatlah bentuk gelombangnya
dengan teliti!
5.
Ukurlah
tegangan DC pada R dengan multimeter!
6.
Setelah
percobaan diatas selesai maka cabutlah komponen C filter dan ulungi langkah no.
5!
7.
Kemudian
pasanglah filter C dengan nilai yang lebih rendah missal 100 uF, dan lakukanlah
kembali langkah No. 5!
8.
Bandingkan
hasil pengamatan No. 5 dengan No. 8.
9.
Jika
telah selesai semua maka lepaskan sumber AC dan kembalikan semua alat dan bahan
ketempat semula.
10.
Jika
telah selesai semua maka lepaskan sumber AC dan kembalikan semua alat dan bahan
ketempat semula.
KEGIATAN
BELAJAR 3.
MEMODIFIKASI ADAPTOR
PENDAHULUAN
Pada kegiatan belajar 3 ini
membahas materi pemelajaran tentang cara memodifikasi adaptor, peserta diklat
dipersiapkan agar dapat memahami dan membuat adaptor dengan tegangan output
yang bervariasi dan membuat adaptor dengan tegangan output variable.
a. Tujuan
Kegiatan Pemelajaran
Setelah
menyelesaikan pemelajaran ini diharapkan peserta diklat dapat:
1. Menjelaskan
prinsip kerja regulator tegangan positip
2. Menjelaskan
prinsip kerja regulator tegangan yang dapat diatur
3. Menjelaskan
prinsip kerja regulator tegangan negatip
b. Uraian
Materi
1.
Regulator
Tegangan Seri
Secara
blok diagram regulator tegangan seri dapat ditunjukkan pada gambar 3.1 Meskipun secara fisik masing-masing blok agak
sulit diidentifikasi dalam rangkaian yang sesungguhnya, namun secara fungsional
blok-blok tersebut menunjukkan kerjanya.
Gambar 3.1 Blok Diagram
Regulator Tegangan Seri
Pada blok
diagram tersebut, elemen kontrol yang dihubung seri dengan beban mengontrol
besarnya tegangan masukan yang akan menuju keluaran. Tegangan keluaran dicuplik oleh rangkaian
sampling sehingga diperoleh tegangan umpan balik untuk kemudian dibandingkan
dengan tegangan referensi.
1.
Apabila
tegangan keluaran naik, maka rangkaian pembanding memberikan sinyal kontrol
kepada elemen kontrol sehingga elemen kontrol ini menurunkan besarnya tegangan
keluaran. Dengan demikian elemen kontrol
berusaha untuk menyetabilkan tegangan keluaran.
2.
Apabila
tegangan keluaran turun, maka rangkaian pembanding memberikan sinyal kontrol
kepada elemen kontrol sehingga elemen kontrol ini menaikkan besarnya tegangan
keluaran. Dengan demikian elemen kontrol
berusaha untuk menyetabilkan tegangan keluaran.
Beberapa
contoh rangkaian regulator tegangan seri akan dijelaskan berikut ini.
|
Gambar 3.2
merupakan rangkaian regulator tegangan seri yang sederhana, yakni menggunakan
sebuah transistor dan sebuah dioda zener.
Transistor Q1 berfungsi sebagai elemen kontrol dan dioda zener berfungsi
untuk memberikan tegangan referensi sebesar Uz.
Prinsip kerja rangkaian regulator tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Apabila
tegangan masukan (Ui) turun, maka tegangan keluaran (Vo) cenderung akan turun.
Tegangan Vo yang turun ini bila dibanding dengan tegangan referensi (Uz) yang
tetap, maka akan menyebabkan tegangan VBE menjadi lebih besar dengan kata lain
transistor Q1 menjadi lebih menghantar.
Istilah transistor lebih menghantar berarti arus IC lebih besar,
sehingga VCE lebih kecil dan turun tegangan pada RL menjadi lebih besar. Dengan demikian apabila tegangan Vi turun
maka transistor akan berusaha menyetabilkan tegangan Vo dengan jalan
menaikkannya.
2.
Apabila
tegangan masukan (Vi) naik, maka tegangan keluaran (Vo) cenderung akan naik.
Tegangan Vo yang naik ini bila dibanding dengan tegangan referensi (Vz) yang
tetap, maka akan menyebabkan tegangan VBE menjadi lebih kecil dengan kata lain
transistor Q1 menjadi kurang menghantar.
Istilah transistor kurang menghantar berarti arus IC lebih kecil,
sehingga VCE lebih besar dan turun tegangan pada RL menjadi lebih kecil. Dengan demikian apabila tegangan Vi naik maka
transistor akan berusaha menyetabilkan tegangan Vo dengan jalan menurunkannya.
Untuk mendapatkan hasil penyetabilan
yang lebih baik, gambar 8 tersebut diperbaiki dengan menambah sebuah transistor
lagi seperti ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3. Rangkaian Regulator Seri 2 Transistor
Pada rangkaian
regulator ini (gambar 3.3), R1 dan R2 berfungsi sebagai rangkaian sampling yang
akan mencuplik tegangan keluaran.
Kenaikan atau penurunan tegangan akan dirasakan pada kaki Basis Q2. Sedangkan Dioda zener memberikan tegangan
referensi yang tetap sebesar Vz. Kondisi
Q2 akan mengontrol arus basis transistor Q1 yang kemudian akan mengontrol arus
yang mengalir (IC) pada transistor Q1 tersebut dan akhirnya dapat menyetabilkan
tegangan keluaran.
Prinsip
kerja rangkaian regulator tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Apabila
tegangan masukan (Vi) turun, maka tegangan keluaran (Vo) cenderung akan turun.
Penurunan Vo ini dirasakan oleh pembagi tegangan R1 dan R2, sehingga tegangan
VB pada Q2 akan turun. Oleh karena Vz
tetap, maka VBE2 akan turun. Selanjutnya
Q2 kurang menghantar, yang berarti arus IC2 menurun. Karena kolektor Q2 langsung terhubung ke
basis Q1, maka VBE1 menjadi naik (disebabkan VC2 naik atau IC2 turun), dengan kata lain transistor Q1 menjadi lebih
menghantar. Istilah transistor lebih
menghantar berarti arus IC1 lebih besar, sehingga VCE1 lebih kecil dan turun
tegangan pada RL menjadi lebih besar.
Dengan demikian apabila tegangan Vi turun maka transistor akan berusaha
menyetabilkan tegangan Vo dengan jalan menaikkannya.
2.
Apabila
tegangan masukan (Vi) naik, maka tegangan keluaran (Vo) cenderung akan naik.
Kenaikan Vo ini dirasakan oleh pembagi tegangan R1 dan R2, sehingga tegangan VB
pada Q2 akan naik juga. Oleh karena Vz
tetap, maka VBE2 akan naik. Selanjutnya
Q2 menjadi lebih menghantar, yang berarti arus IC2 menjadi naik. Karena kolektor Q2 langsung terhubung ke
basis Q1, maka VBE1 menjadi turun (disebabkan VC2 turun atau IC2 naik), dengan kata lain transistor Q1 menjadi kurang
menghantar. Istilah transistor kurang
menghantar berarti arus IC1 menjadi turun, sehingga VCE1 lebih besar dan turun
tegangan pada RL menjadi lebih kecil.
Dengan demikian apabila tegangan Vi naik maka transistor akan berusaha
menyetabilkan tegangan Vo dengan jalan menurunkannya.
Turun
tegangan pada R2 , VR2 (atau VB2) adalah:
VB2 = VR2 = {R2/(R1 + R2)}. Vo
Sedangkan pada masukan Q2 berlaku:
VB2 = VBE2 + Vz
Sehingga
diperoleh persamaan tegangan keluaran sbb:
|
|
Gambar 3.4. Rangkaian
regulator tegangan seri dengan Op-Amp
2.
Regulator
Tegangan Paralel
Regulator tegangan paralel melakukan pengontrolan
tegangan keluaran Vo dengan cara melewatkan sebagian arus beban (arus keluaran)
melalui komponen pengontrol yang terhubung paralel dengan beban. Regulator ini terutama dipakai untuk beban
bervariasi. Istilah beban ringan berarti
memerlukan arus kecil, sehingga tegangan beban (tegangan keluaran, Vo)
cenderung untuk naik. Sedangkan beban
berat berarti memerlukan arus besar, sehingga tegangan beban (tegangan
keluaran, Vo) cenderung untuk turun.
Secara blok diagram regulator tegangan paralel terlihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Blok Diagram
Regulator Tegangan Paralel
Pada regulator tegangan paralel,
sebagian arus yang berasal dari tegangan masukan (Vi) juga dilewatkan ke elemen
kontrol (Ish) disamping diberikan ke beban (IL). Apabila terjadi perubahan beban (IL naik atau
turun), maka tegangan keluaran juga cenderung untuk berubah. Perubahan ini dirasakan oleh rangkaian
sampling yang kemudian akan memberikan sinyal umpan balik kepada pembanding. Rangkaian pembanding berdasarkan sinyal umpan
balik dan tegangan referensi akan memberikan sinyal ke pengontrol agar dapat
mengalirkan arus Ish sesuai dengan kebutuhan, sehingga memberikan efek
penyetabilan tegangan keluaran Vo.
Contoh rangkaian regulator tegangan
paralel yang sederhana dapat dilihat pada gambar 3.6. Transistor Q1 berfungsi sebagai elemen
kontrol yang melewatkan sebagian arus beban guna menyetabilkan tegangan
keluaran. Tegangan referensi diperoleh
dari Vz. Apabila beban (RL) turun, maka
tegangan VBE1 turun, sehingga transistor menjadi kurang menghantar. Oleh karena itu arus IC juga turun, dan arus
beban menjadi naik. Dengan demikian
transistor berusaha untuk menaikkan tegangan output (sehingga menjadi stabil)
dengan cara menurunkan jumlah arus yang melewati transistor dan menaikkan arus
ke beban. Tegangan keluaran regulator
tersebut adalah:
Vo = Vz + VBE
Gambar 3.6. Regulator
Tegangan Paralel 1 Transistor
Untuk
mendapatkan hasil penyetabilan yang lebih baik, dapat digunakan tambahan sebuah
Op-Amp seperti ditunjukkan pada gambar 3.7.
Perubahan beban akan dirasakan oleh rangkaian sampling yang berupa
pembagi tegangan R1 dan R2. Kemudian
sinyal umpan balik ini dibandingkan dengan tegangan referensi oleh Op-Amp untuk
selanjutnya digunakan sebagai sinyal pengontrol tarnsistor Q1. Besarnya tegangan keluaran dapat dihitung
dengan persamaan berikut.
Gambar
3.7. Rangkaian Regulator Tegangan Paralel dengan Op-Amp.
3.
Regulator
Tegangan IC
Apabila dikehendaki suatu tegangan keluaran stabil yang bisa diatur, maka dapat digunakan IC regulator LM317; LM 117; LM 338; LM 138 dll untuk tegangan positip. Sedang IC regulator LM337; LM137; dll untuk tegangan negatip. Contoh penggunaan IC LM317 dalam rangkaian regulator tegangan dapat dilihat pada gambar 3.8. Tegangan keluaran IC LM317 bisa diatur dari 1.2 Volt sampai 37 Gambar 3.8. Regulator Tegangan IC Lm317
Pada gambar 3.8 tersebut, tegangan
keluaran dapat diatur dengan mengubah harga R2 (perbandingan R1 dan R2).
|
Dimana harga
tipikal untuk IC tersebut, Vref = 1.25 V dan Iadj = 100 mA.
Tabel 2. Spesifikasi
Tegangan dan Arus IC Regulator yang bisa diatur
IC
|
Arus (A)
|
Tegangan (V)
|
LM196K; LM396K
|
10
|
1.25 – 15
|
LM138K; LM338K
|
5
|
1.2 – 32
|
LM117; LM317
|
1.5
|
1.2 –37
|
LM137; LM337
|
1.5
|
-1.2 - -37
|
(Sumber:
Linier Databook 3)
Contoh:
Tentukan
tegangan keluaran gambar 8, bila diketahui R1 = 240 W dan R2=2.4 KW.
Penyelesaian:
Vo = Vref {1 + (R2/R1)} +
Iadj x R2
=
1.25 V {1 + (2400/240)} + (100 mA) (2400)
= 13.75 V + 0.24 V = 13.99 V
4. Regulator Positip
Regulator tegangan positif dimana outputnya dapat diatur antara lain: LM 117,
LM 217, LM 317
Pada gambar 3.9 diperlihatkan rangkaian IC Positip
regulator yang digunakan sebagai sumber arus.
|
+12 v
R1
IQ
U out
R2
0 v
gambar
3.9 regulator tegangan tetap
Dari rangkaian diatas, tegangan output dihasilkan dari
penjumlahan UR1 dan UR2
Tegangan output ,
U0 = UR1 + UR2
Dimana tegangan UR1 adalah tegangan
output IC regulator 7805 yaitu sebesar 5 volt.
UR1
IR1 = --------
R1
IR2 = IR1 + IQ
Tegangan pada R2 adalah:
UR2 = IR2 x R2
Pada gambar 3.10 diperlihatkan rangkaian tegangan output
yang diukur dari pembebanan (R load)
|
R1
IQ U out
IL Beban
0 v
Gambar 3.10 Regulator arus
U Reg
IL = ------------ + I
Q
R
Teganga output adalah U out = IL x R Load
Dimana IQ
adalah arus pada regulator ,dan U Reg batas tegangan regulator
5. Regulator Tegangan Yang dapat Diatur
Konsep baru dalam rangkaian
regulator yang tegangan outputnya dapat
diatur adalah regulator daya. Regulator tegangan positif dimana outputnya dapat diatur antara lain: LM 117,
LM 217.
Regulator LM 317
dapat memberika arus keluaran (output) lebih dari 1,5 amper dengan tegangan
antara 1,2 volt sampai 37 volt.
dan IC LM 350
mampu memberikan arus 3A dan jangkauan tegangan
output 1,2 V sampai 33 V.
Gambar 3.11 memberikan dasar rangkaian regulator
yang dapat diatur tegangan outputnya.
|
R1 1,25 v
IQ
RL UO
R2
U R2
0 v
Gambar 3.11
regulator teganagan output dapat diatur
U Reg
Arus regulator adalah I Reg =
-------
R1
Tegangan output diperoleh dari rumus:
U Rreg
U
out =
U Reg + ( --------
+ IQ ) R 2
R1
Atau
R2
U
out =
U Reg + ( -----
+ 1 )
+ IQ R 2
R1
6. Regulator Tegangan Negatif
Pada rangkaian operational amplifier dan
microprocessor dibutuhkan catu daya yang membutuhkan dua polaritas
sumbertegangan, misal +5V dan -5V.
Seri LM 79XXC, LM 79LXX adalah regulator tegangan negatif 3 terminal.
Seri LM 79XXC
dikemas dalam kemasan daya TO-200
dan mampu mengeluarkan arus 1,5 amper.
Sifat-sifat regulatorLM79XXC adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai pengaman daerah,hubung singkat dan termik
b. Penindasan kerut (ripple) tinggi
c. Arus keluara 1,5 A
d. Tegangan keluaran stelan pendahuluan 4%
Untuk seri LM79LXX AC ,piranti ini telah dirancang
untuk mengeluarkan tegangan tetap dan dapat diperoleh dalam kemsan TO-92 dengan
3 kawat.
Sifat-sifat regulator ini adalah sebagai berikut:
a. Arus keluaran 100mA
b. Mudah dikompensasi dengan kodensator kapasitas kecil 0,1 μ A
c. Mudah distel untuk tegangan keluaran tinggi
d. Penyimpangan tegangan keluaran stelan ± 5 %
Gambar 3.12 memperlihatkan regulator negatif tiga
terminal yang tegangan outputnya dapat
diatur
|
Gambare 3.12 regulator negative
7. Catu daya Dua Polaritas
Contoh diagram rangkaian pada gambar 3.13 menggunakan LM
340 positif regulator yang dihubung dengan negatif regulator LM 320.
D1 dan D2 adalah dioda
proteksi bekerjanya regulator pada common load dan akan membatasi arus hubung
singkat regulator.
Jenis rangkaian kombinasi regulator positip dan
negatip adalah sebagai berikut:
1. Suplai ± 15 volt , 1A
LM 340 T,
LM 320-15 , (D1 D2
IN 4720 )
2. Suplai ± 12 volt , 1 A
LM 340 T-12 , LM 320 T-12 , (D1 D2 IN 4720
)
3. Suplai ± 15 volt , 200mA
LM 342H-15 , LM 320 T –15 , (D1 D2 IN 4001 )
Gambar 3.13 dasar catu daya dua tegangan
c. Rangkuman
1. Rangkaian adaptor bisa di modivikasi dengan membuat
tegangan output yang bervariasi
2. Regulator tegangan positip dipakai IC dengan type 78xx
3. Regulator tegangan negatip dipakai IC dengan type 79xx
4. Untuk memperkuat arus suatu adaptor bisa dengan
menambahkan transistor.
Lembar Kerja
Alat dan Bahan
1. Multimeter ............................................ 1 buah
2. Osiloskop ............................................. 1 unit
3. Dioda IN 4002 ..................................... 4 buah
4. Trafo step down ................................... 1 buah
5. R = 1 KΩ, 330Ω, 470Ω, 680Ω ................. 1 buah
6. Dioda Zener = 5,6 V ............................. 1 buah
7. Transistor = BC 109 ............................. 2 buah
8. R Potensio = 500 .................................. 1 buah
9. Kabel penghubung ................................. secukupnya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1.
Periksalah terlebih dahulu semua komponen aktif maupun
pasif Bacalah dan pahami petunjuk pratikum pada lembar kegiatan belajar!
2.
Hati-hati
dalam penggunaan peralatan pratikum!
Langkah Kerja
1. Perikslah semua alat dan bahan sebelum
digunakan dan pastikan semua alat dan
bahan dalam keadaan baik!
2. Buatlah rangkaian penyearah
gelombang penuh system jembatan yang disertai
dengan filter C sesuai dengan Gambar dibawah!
Buatlah
rangkaian regulator seri dengan 2 transistor seperti Gambar berikut
Gambar Rangkaian Reguator Seri dengan 2 Transistor
3. Hubungkan rangkaian regulator ini pada
keluaran penyearah!
4. Setelah rangkaian disetujui,
masukkan tegangan listrik PLN 220 V ke primer trafo stepdown!
5. Aturlah P1 dari minimum hingga
maksimum, Catatlah tegangan output (Vo)
dengan multimeter!
P1 minimum, Vo = …….
P1 tengah,
Vo = …….
P1 maksimum, Vo = …….
6. Kemudian aturlah P1 pada posisi
tengah.
7. Aturlah tegangan catu daya Vi
sesuai Tabel 1. dan amati tegangan Vo,
Masukkan hasil pengukuran pada Tabel 1!
Tabel 1. Pengamatan
Regulator Seri dengan 2 Transistor
´
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
15
|
Vo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8. Buatlah kurva output yang
menunjukkan kaitan antara tegangan input dan tegangan output dari Tabel tersebut!
9. Aturlah P1 sehingga menghasilkan
tegangan output = 10 V!
Selanjutnya
pasanglah sebuah potensiometer seri dengan miliamper pada terminal output. Dengan demikian bila potensio diatur, maka
beban akan berubah.
10. Aturlah potensiometer, sehingga
diperoleh data pada Tabel 2. Semakin
besar Io berarti semakin kecil R potensio (semakin berat beban).
Tabel 2. Pengaturan Potensiometer
Io (mA)
|
0
|
5
|
10
|
15
|
20
|
Vo (Volt)
|
10
|
|
|
|
|
Buatlah
kuva regulasi yang menunjukkan kaitan antara arus output dengan tegangan
output!
Lepaskan
dan kembalikan semua alat dan bahan partikum ketempat semula!
Test
Formatif
Jelaskan secara blok diagram cara
kerja regulator tegangan seri!
2. Hitung berapa tegangan output yang dihasilkan dari rangkaian
regulator tegangan gambar dibawah ini;
|
R1
IQ = 50 mA 100W
Us = 20 v
U0
R2
180W
3.
|
1
k
Us = 20 v RL
Uz =
8,2 v
4.
|
+20 v IQ =50 μA
R1
1,25 v
220W
R2
Rp
2k
URp
0 v